SELAMAT DATANG BASUDARA NOLLOTH TITASOMI

Selasa, 10 Januari 2012

PENINGGALAN SEJARAH DI NEGERI NOLLOTH

Di negeri Nolloth dapat dijumpai beberapa peninggalan sejarah dan dapat dicatat sebagai berikut:

Upacara-upucara adat yang sampai sekarang masih dilaksanakan di Baileu adalah:
• Upacara penerimaan “kain Berkat”( Mas Kawin )
• Upacara pelantikan Raja, Kepala Soa dan Kewang
• Upacara Buka Sasi dan tutup Sasi
• Upacara Tutup Atap Baileu


Selain upacara-upacara tersebut di atas di baileu masih diadakan rapat dan musyawarah untuk memutuskan hal hal penting bagi kepentingan masyarakat desa.
Dewasa ini upacara adat sudah dikombinasikan dengan kebiasaan-kabiasaan baru seperti unsur-unsur agama Kristen ( doa ) dan pemerintahan yang terlibat misalnya pada upacara pelantikan raja sehabis upacara adat di Baileu, lalu diteruskan dengan upacara pengukuhan di gereja.

Matarumah-matarumah yang berperan dalam upacara “Tutup Atap Baileu” adalah Matarumah Sipasulta yang berhak meletakan atap “Astahul” pertama, sedangkan astahul kedua dan ketiga masing-masing Matarumah Tuwanakotta dan kemudian dikuti seluruh masyarakat desa. Matarumah Silahooy menutup atap bumbungan dan dibantu Matarumah Ninkeula. Matarumah Pemahu menikat tali bumbungan. Matarumah Letemia memukul tifa dan gong. Demikian juga halnya dengan mereka yang menjaga pintu masuk Baileu seperti:


• PINTU I: Matahari terbit dijaga oleh Uku Lima yang terdiri dari Matarumah-matarunah Huliselan, Malessy, Selanno, Matatula dan Pasalbessy.

• PINTU II: Matahari terbenam dijaga oleh Matarumah Luhulima dan Metekohy.

• PINTU III: Yaitu pintu tengah pada matahari terbit dijaga oleh Matarumah Raja Gunung yaitu LatuSopacua Latu( Sopacua ).

• PINTU IV: Yaitu pintu tengah matahari terbenam dijaga oleh Raja Pantai yaitu Latupukulu latu (pasalbessy).

• Pada upacara Adat penting selalu hadir masyarakat Pela dari negeri Haruku.


GEREJA TUA NOLLOTH

Peletakan Batu pertama pada tamanya pada tahun 1820 dan Gereja ini diresmikan permakaiannya pada tahun 1860 oleh Pendeta Belanda R.Bossert dan S.Y.Manuputty.
Gedung Gereja tidak mempunyai nama dan prasastinya hanya ditulis nama “BAIT ALLAH”. Penderian Gedung Gereja ini memakan waktu sekitar 40 tahun dan dibantu oleh Jemaat Pela dari Haruku/Sameth.

Menurut ceritra orang tua-tua dalam jemaat, pembangunan gedung Geredja ini menyita sebagian besar daya dan dana dari jemaat setempat. Beberapa keluarga yang tidak dapat menahan pengorbanan, terpaksa meninggalkan jemaatnya seperti keluarga Huliselan yang pergi ke desa Lateri dan Keluarga Ninkeula ke desa Hattu di pulau Ambon.

Gedung Gereja berbentuk empat persegi dengan ukuran 32,46 x 20,21 meter. Dinding bangunan-bangunan setebal kira-kira 1 meter dibuat dari batu kapur pengganti semen. Bangunan Gereja bagian dalam ditunjang dua deret tiang Lilin sebanyak 8 buah.


Jumlah pintu dan jendela masing-masing:


- Jendela besar sebanyak 12 buah

- Jendela kecil sebanyak 13 buah

- Pintu depan dan pintu belakang

Loteng berbentuk kubah memanjang yang disebut juga berbentuk “Belakang Teteruga”
( penyu ). Sedangkan bentuk Mimbar seperti cawan.
Beberapa benda dan peralatan Gereja masih utuh dan asli seperti:

- Bangku-bangku duduk jemaat

- Kas ( bangku ) duduk untuk Raja dan Keluarganya

- Kas ( bangku ) duduk penatua da syamas
- Alat-alat perjamuan kudus
- Enam buah Tanggu bertangkai panjang sekitar 3 meter

- Alkitab yang memakai kunci, terjemahan Leidekker

- Mimbar kecil dan Mimbar besar dan kursi di dalamnya

- Sebuah lemari dan sebuah Lonceng lama.



Gedung Gereja ditutup dengan atap dan 5 tahun sekali diganti dengan atap baru.

Kunci Stori atau ruangan pertemuan Majelis Jemaat, adalah bangunan baru yang dikerjakan tahun 1964.

Bangunan gereja saat ini setelah dilakukan renovasi pada tahun 2008

0 komentar:

Posting Komentar